Dengarkan Saja



Dengarkan Saja
Oleh: Eka Wanora Afiza

Lihatlah kibaran dedaunan terhembus angin
Yaa.. karna aku memang tidak ingin
Seperti angin yang kelayapan 
Kemanapun ia mau dan membuat semua orang takluk akan kenyamanan yang diberikan

Ketika dalam perjalanan
Ku temukan sebuah ikatan
Berbalik arah, ternyata jalan pulangku sudah retak
Padahal asap penanya sudah nampak, 
Aku ingin menulis, namun apalah daya tanganku sudah tak bisa merangkak

Tetap ku telusuri jalan yang ku tempuh
Walaupun dibelakangku sudah runtuh
Tidak mengerti apa maksud dariku? Begini, aku ingin kembali, tapi aku tidak bisa berpijak dijalan yang tidak lagi utuh
Karna itu, aku memilih untuk tidak menyentuh

Dari kejuahan, ia memperlihatkan gelombang senyumnya
Yang kerap sekali membuatku terlena
Namun, aku tahu itu hanyalah bayangannya yang tidak bisa ku baca
Dan pada akhirnya ku mencari teduh untuk berlabuh
Yang katanya tempat ternyaman untuk mengeluh

Di persimpangan jalan
Ku terarah melihat awan, yang begitu indah nan menawan
Mawar pun teriring mekar
Menolehku agar tidak terdampar, 
Rindangan semak belukar menyerang
Ketika aku tahu bahwa hawanya sudah siang
Berlari jauh hingga terjatuh
Rantingnya melambai menyuruhku kembali berteduh

Haa?
Cahayanya terpancar di penghujung jalan, ternyata sudah mau petang
Senjanya pun tenggelam, sudah tak telihat binar-binar terang
Hilangnya pesona cahaya bulan dan bintang
Suara gemuruh dan petir pun berkobar, ehh ternyata mau hujan, anginnya pun kencang

Tinta penaku bergelabuh, dan akhirnya patah
Ternyata sajak ku sudah terurai, pada akhirnya aku berhenti menulis lalu singgah
Untuk menemukan satu mimpi yang indah



Lepak Timur, 18 Juni 2019



Komentar

Postingan populer dari blog ini

O P I N I | Learn, Try & Do

Awas, Indonesia di Bawah Bayang-bayang Resesi Ekonomi