Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Perihal Rasa

Gambar
“Perihal Rasa” Oleh: Eka Wanora Afiza Waktu ku tidak banyak Berbicara tentang hal yang menyebalkan ini Rasa sesak menghampiri Ku hindari, namun datang lagi Dibalik awan nan indah yang berjalan Menghiasi belantara langit yang biru Kian ku semakin kagum akan keindahannya Mata menyala dengan melebarnya Gelisah nan gundah dengan kepergiannya Cinta dalam diam memang ribet Mau bertindak, jadi atas nama gengsi Memberi kasih sayang, takut ditolak Kepasrahan yang begitu lapang Membendung muara bening dalam jelaga Genggaman yang lepas Kukira akan tergenggam kembali, namun hilang tak terbalas Semampu menyimpan cinta yang ku jaga Dari tiupan badai yang menerpa Tulang belulangku mulai retak, sakit dirasa Mengapit aliran darah dengan erat Bintang hadir menemani rembulan Cahaya menari mengiringi gemerlapnya malam Yang diharap berada di genggaman  Bayangnnya hanya berwujud semu  Angin malam mengundang ku untuk merindu Galau gulan

GORESAN YANG TAK INGIN PERGI

Gambar
GORESAN YANG TAK INGIN PERGI Oleh: Eka Wanora Afiza Kala itu... Suara gemuruh yang menakutkan jiwa Betapa berisiknya terdengar Merasuki raga dari rasa yang tertimbun keusangan Terik matahari memancarkan cahayanya Ku tertunduk mengalihkan pandangan Dan  seakan menyeretku untuk melihat Seakan merusak beningnya mata ini Air mata berlinang membasahi pipi Bathin terjerit meminta rangkulan Ketika sudah tiada ujung untuk menahan lemahnya raga ini Nafas berhembus seakan sesak dirasa Tentang cinta atau luka Terlukis pada goresan yang tak bermakna Terjerat dalam kebingunan bahkan sayatan menerpa Namun apa yang akan ku perbuat? Ku mencoba berteriak atas sakitnya goresan Yang bersarang seakan mematikan jiwa Dan ku menangis Agar lega dirasa Apakah akan selalu ku kejar? Bayangan-bayangan yang seakan semu dihadapanku Namun tiada arti untuk kedepannya Karna goresan selalu ingin tinggal tanpa seizinnya Bahkan aku ingin lepas! Lepas dari kesunyian dan penderit

Rindu Tak Bertuan

Gambar
RINDU TAK BERTUAN By: Eka Wanora Afiza Kesepian melanda diri Ia mendekapku dengan erat Padahal aku tak ingin di hantui Entah untuk siapa ia menari-nari Lama tak bersua Hingga rindu kian menua Hanaya resah dan gelisah Rindu datang entah untuk siapa Tak betah dirasa Karna rindu tak punya tuan Yang ingin singgah sebentar, atau sekedar tinggal Namun tidak bisa terikat, hingga lepas tak terkendali Atas engkau wahai tuan Genggam rindumu kembali Aku tak ingin di hibahkan rindu atas dasar luka Karna aku tahu bahwa ini adalah sepercik belahan kaca Yang ingin menggoreskan luka Setelah itu hilang dengan janji belaka Setidaknya rindumu bisa permisi kala itu Namun ia datang menaruh jeritan sesuka hati Hingar bingar suara derasan hujan terkeriuk Menajtuhi tanah hingga terbentuk Ingir sekali rasanya melihat jelas dengan tidak tunduk Bukan bayanganmu, hingga rindumu saja datang mengetuk Atas engkau wahai tuan Jangan biarkan rindumu semakin meleleh Lalu mem

Rahasia Dari Do’a Nabi Yusuf Supaya Wajah Tampil Cantik Dan Berseri

Gambar
Rahasia Dari Do’a Nabi Yusuf Supaya Wajah Tampil Cantik Dan Berseri By: Irfans Hakim February 20, 2019      tehnologi69.blogspot.com Hallo Sahabat ViralPedia - Doa kecantikan untuk menaikan seri wajah atau muka daripada surah nabi yusuf. Bagi sesiapa yang mengkehendaki supaya muka atau wajah nya berseri perlulah ia membaca surah Yusuf Ayat 4 (sebaik baiknya selepas solat) Mari lah kita amalkan ayat pengasih surah Yusuf ayat 4 dan Surah Thahaa ayat 39 seperti di bawah ini. Bagi sesiapa yang sudah mengamalkan, Alhamdulillah.. teruskan… Ayat ini adalah ayat pengasih bagi mengeratkan lagi hubungan suami isteri dan ianya juga boleh untuk anak-anak (so that anak hormat kita sebagai ibu bapak mereka), keluarga dan sahabat handai taulan. “Idz Qaala Yuusufu Li Abiihi Yaa Abati Inni Ra Aitu Ahada’ Asyara Kaukabauw Wasy Syamsa Wai Qamara Ra aituhum Lii Sajidin” Maksud Surah Yusuf Ayat 4; (ingatlah peristiwa) ketika Nabi Yusuf berkata kepada bapanya: “Wahai ayahku!

Tersapu Debu

Gambar
TERSAPU DEBU Oleh: Eka Wanora Afiza Rinduku sudah berlalu Jangan datang lagi membawa pilu Membuatku tak berdaya merangkak sehingga tertunduk malu Api ku sudah membakar kenang menjadi abu Dan tersapu angin membawa debu Penaku, 30 Mei 2019

TERIMAKASIH

Gambar
TERIMAKASIH Oleh: Bang Yusuf Setiawan Al-Qusyairi Pernah suatu ketika kita menyulam masa bersama, Dibawah kerumunan bintang-bintang Yang tersenyum megah sembari menikmati santapan makan malam. Dengan jiwa yang gembira Ku tak tahu bagaimana cara memalingkan pandanganku Ke raut indah wajahmu di bibir pantai Hal yang paling aku sukai adalah kamu Tak ada alasan yang ada hanyalah harapan, Yaaa.. Harapan untuk bisa bersama bersanding seperti malam itu Terimakasih...  Mungkin kata itu yang bisa aku tuturkan untuk mu Melalui rasa sakit yang tidak sengaja kau ukir megah dalam sukma jiwa ku. Untuk kamu yang ku kagumi

Tersisih diatas Perbedaan

Gambar
Tersisih diatas Perbedaan Oleh: Eka Wanora Afiza Laksana gugusan gunung mengelilingi Perbedaan begitu sangat keras menerpa jiwa Yang seharusnya menyatu, bukan terpecah belah Selayaknya menabrakkan diri diarea kereta api Dalam sebuah tindakan  Berulang kali aku terhujam Perbedaan seakan sebagai jurang pemisah Bagaikan pelipur lara yang tak berguna Aku berharap Disapa setiap jingga malam mulai terlihat Namun, kekosongan yang begitu kerat kian menerjang Tidak ada satupun menoleh untuk menaruh kepercayaan Rasaku tumpah dikacaukan oleh benalu Berbicara sepatah dua patah Seakan dianggap putri malu Tidak ada gunanya sama sekali Apakah benar ini perbedaan? Yang kelihatannya sama sekali tidak ada Menyeretku untuk berdamai Malang sekali realita ini Perbedaan sebenarmya tidak jadi masalah Bukan untuk dasar perpecahan Namun. tercipta untuk saling melengkapi Hingga terlihat mempesona dihadapan sang Ilahi Sebenarnya harus aku apa

M E N G I K A T M I M PI

Gambar
MENGIKAT MIMPI Oleh: Eka Wanora Afiza Gemerlap malam sudah menjelang Malam yang beraroma mimpi Ia datang mengiasi tidur Kadang enggan memberi kenyataan Mimpi itu harus tergenggam Tak akan ku biarkan berkeliaran Hingga tersandung kata Yang katanya “Dasar Pemimpi!!” Darah seakan berhenti mengalir Tertumbuk pada satu wadah Hingga mencekam nyawa  Namun mimpi harus begitu diwujudkan Puing-puing  masyarakat awam Cibirannya seakan menjatuhkan Tak peduli dengan omongan yang seakan berdebu Karna proses akan menghanyutkan seorang Untuk membentuk jati diri yang pasti Ikatlah mimpi dengan prinsip Lalu biarkan sunyi selalu menagih mimpi Hingga suatu saat memperlihatkan kenyataan Dusunku, 27 Mei 2019

Sihir Kasmaran Masih Ada

Gambar
SIHIR KASMARAN MASIH ADA Oleh: Eka Wanora Afiza Wajah yang tak nampak Mampu membuatku kehilangan kendali Namum, apalah daya wahai diri Menyiksa hati hingga sobek Waktu berlalu.. Tawar dan hambar dirasa Namun, apalah daya wahai diri Menghambarkan bola mata yang berkaca-kaca Diawal retorika yang diperlihatkan Membawaku ke arus desakan Ku kira percikan senyum dikirimkan via chat kala itu Namun, percikan luka seakan terdampar kearahku Ketika lirikan lagu hanyut mengiringi ingatan Mungkin bisa membuat rasa kala itu kembali Wajah suram dengan kelopak mata yang layu Sadarlah wahai diri, ini bukan dari akhirnya Awan yang memerah.. Sampaikan aksaraku satu bait saja Bahwa.. Aku tidak ingin menjadikan hadirnya menjadi tabu Wahai puan yang tidak ku ketahui Kata-katamu sungguh memikat Kala itu hadir menghiasi mimpiku Seakan bibir ini kelu bila bertemu Bukan ku tak terima kenyataan Namun hingga detik ini ku rasa Menghilang tanpa  jejak Akar hati seakan mele

Di Bawah Naungan PMII

Gambar
Di Bawah Naungan PMII Oleh: Eka Wanora Afiza Waktu berjalan seiring dengan pijakan kaki Banyak yang bilang Pengetahuan jauh tak terjangkau oleh bukti Namun mereka tidak akan pernah tahu Ilmunya, Bagaikan lautan Tidak ada yang mengenalnya Kecuali siapapun yang merasakannya Setan tidak akan hancur Dengan telunjuk yang digerak gerakkan Namun.. Akan hancur ketika hati yang tunduk dan khusyu’ sholatnya Keringnya air mata, karna kerasnya hati Disinilah kita berdiri Sang cerminan kewibawaan hati Memancarkan cahaya yang merasuki jiwa kita Menujukkan simbol kedamaian Disinilah kita berdiri Dibawah naungan ulama Yang selalu mengibarkan bendera Ditengah kesesatan yang melanda diri Hai pergerakan! Rentangkan sayapmu Tunjukkan pada semesta Bahwa kita mampu menjadi garuda islam Sesusah nalarku berkata pisah Sepayah hatiku berucap tidak akan pernah Sungguh tempat ini kita ditakdirkan Bercumbu riang membangkitkan keb

Ternyata Bukan Kamu

Gambar
TERNYATA BUKAN KAMU Oleh: Eka Wanora Afiza Waktu dulu anggap saja angin lalu Berpijak dilenteran hatimu Ibaratkan saja, Aku menemukan istana baru Namun, aku sadar diri Kau menawan sekali sehingga kuterbuai ekspektasi Serupa wajahmu dibilik topeng yang indah Matamu yang teduh melirik ke arahku Keadaan pernah memaksaku untuk tetap tinggal Namun hati dan otak tak sejalan Bagaimana harus mengiringi keduanya? Salahku memang diawal hari itu Kotor bibirnya melumat habis rasa kemanusiaan Memuntahkan segala peluru kesetanan Senyumnya yang manis nan indah Namun dibalik itu, tatapanya ibarat api yang menari-nari Kuterbuai oleh omongan busuk Ku terima yang tidak menerima dengan relung hati tulus Jeritanku tak lagi bermakna Letihku memang harus diobati Engkau bukanlah yang aku cari Rayuanmu menyeretku dengan halus Namun terbungkus buaian kepalsuan Tak bisa ku berlari begitu saja Hati sudah lelah dan membeku Kala itu membuka

Bulan Keberkahan

Gambar
Bulan Keberkahan Oleh: Eka Wanora Afiza Telah tiba.. Alunan-alunan yang mengharumi bumi Bulan yang suci penuh berkah Kuatkan raga, kuatkan iman Setan belenggu menyesatkan manusia Menerka hampa didalam jiwa Kuncilah hati dari nafsu yang tidak senonoh Tak mudah tergoyah dengan godaan Sang Khaliq Maha Pengasih Mengalirkan dzikir dan tadarrus Berharap siraman ampunan menghampiri Menuju tubuh penuh lumpur ini Ketika senja tiba.. Suara adzan dikumandangkan Aroma hidangan menyesakkan hidung Membuaikan kesegaran jiwa dahaga Gelap itu tidak padam Cahaya selalu memperlhatkan wujudnya Lantunan suara ilahi menobrak telinga Melangkahkan kaki dengan mengupas hati Doa-doa bergemuruh selalu dilontarkan Bersimpuh mengharap pengkabulan Rasa syukur yang selalu dipanjatkan Relung hati menerka Yakin saja ini cinta Bukan sebatas kagum belaka Tak perlu secangkir kopi Untuk terjaga dari redupnya kelopak mata Cukup derasan suara

Rintihan Senja

Gambar
RINTIHAN SENJA  Oleh: Eka Wanora Afiza   Senja kala itu.. Agungnya sang mentari terbenam Seakan selalu menghangatkan raga Hatiku semakin merambah menuju belantara rindu Senja kala itu.. Membisik dan menggerayongi Dalam jejak yang tertatih-tatih Berbulan-bulan sudah berlalu Masih saja kau anggap angin lalu Seperti kupu-kupu yang selalu menghampiri sekuntum bunga Mencari sepercik manisan Tidak semudah itu Kau ibaratkan aku seperti itu Senja kala itu.. Membuatku sadar Memiliki tak seharusnya menggebu-gebu Mencintai tak perlu sebirisik kericuahan gemuruh Tidak segila itu! Seakan anak panah menancap tidak tepat sasaran Penolehanmu tak dapat ku rangkul Luka dirasa Melukai dengan begitu tega Senja melambai-lambai lalu berbisik Tenanglah, ia akan baik-baik saja Senja mulai berlalu.. Keriuhan jangkrik dan ribuan cahaya gemerlang Pantaskan ini disebut lara? Sedang seorang sana sudah menebarkan kebahagiaan Mengenang tak sepahit ini Ku cumbu dikala meri