Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Menghantui Jejak Malam

Gambar
Menghantui Jejak Malam Eka Wanora Afiza Dia terlihat begitu menyeramkan Tak pernah terdiam dalam melakukan sesuatu yang ia inginkan Sayap yang begitu hitam Menaklukan keindahan dengan mata yang tajam Suaranya cukup menakutkan para penikmat malam Laksana sayap-sayap yang dikibarkan Membuat para pecinta malam tidak bisa kelayapan Hinggapnya santai Di pepohonan yang tidak punya rantai Percikan sinar bulan yang begitu tangguh Memberikan suasana tambah gaduh Tak mampu terbingkai Dalam waktu yang cukup singkat, Heningnya malam mendebarkan ketukan sang penjaga kuburan Membuat takut menimbulkan keresahan Ia terus terbang melayang Gelombang malam mengundang, Angin yang sangat dingin Merasuk ke dalam cairan merah, berbalut kepalsuan Hingga membuatnya mengental Mengusik hati tanpa permisi Tanpa menyadari, Arti kepahaman sang perindu yang hakiki Lepak timur, 23 Juni 2019

PARAFIN

Gambar
P A R A F I N Eka Wanora Afiza Kucoba intip setiap arah api lilin Terbawa hembusan lalu lalang angin Terangkai indah dari kata Hanya buih cahaya semata Hanya terdiam Angin selalu menginjak muka malam, Dari lubang-lubang yang kelam Wajah yang sangat belungu dari kejaran yang terhujam Teriring mengalir lembut tetesan lilin yang terbakar suram Malam yang kelam Kuterdiam mendengar Suara-suara nyaring dari luar, Bising-bising anginpun mengobrak-abrik malam Ku tatap lilin semakin lama semakin redup dan kuyup Dan ternyata itulah gambaran dari hidup Lilin yang mungil Membawaku merasa hati yabg terpencil Rasanya ingin kekal dan abadi Namun tiadalah arti 'Kring-kring', suara jam berdering, Di dinding, Jarumnya tepat pada arah ia berdiri Suasananya semakin sunyi dan sepi Tiada lagi yang berbunyi Lepak Timur, 26 Juni 2019

Ya Rasululloh

Gambar
Yaa Rasululloh Oleh: Bang Gus Ebes Wahai kau panutan umat Kini sekarang sunah mu sebagai perdebatan umat Kini sekarang ormas- ormas pada mengakui merak pengikut sunahmu Mereka dengan gagah, Lantang mengakat suara bahwa muhammad adalah panutaanku Lalu kenapa Rasulallah, umatmu lupa akan dirimu, Ketikan nama-Mu disebut dihadapan mereka solah-olah memalingkan muka dan menutup telingannya Padahal dengan gagah juga meraka  mengakui aku ASWAJA, aku pengikut, pencinta Rasululloh Namun, Hadits dan sunah-Mu hanya diperjual belikan oleh merka 23 Agustus 2018

Utarakan Rindu Ditiap Sujudku

Gambar
Utarakan Rindu Ditiap Sujudku Oleh: Bang Gus Ebes Tubuh yang diselimuti kedinginan Jiwa yang diselimuti rasa rindu Kasih.. Peluklah aku dengan hangatnya kasih sayangmu Kasih.. Jumpailah aku lewat bunga tidurku Hingga nanti rasa rindu yang kian lama jiwa ini pendam terobati dengan cahayamu Setiap sujud dan doaku, ku sisipkan nama-nama indahmu agar Tuhan memepertemukan kita lewat mimpuku Dari masrik wal magrib Lantunan nyanyian-nyanyian indah mereka lantunkan hanya untuk mengharapkan syafaatmu Kasih.. 18 juni 2019.

Cahaya Yang Redup

Gambar
Cahaya Yang Redup Oleh: Bang Gus Ebes Kasih.. Malam ini ku teringat dengan wajah cantikmu Yang berseri-seri bagaikan rembulan Kasih.. Senyum manismu yang  aku saksikan Namun saat ini redup dalam sektika Kasih.. Di malam yang senyi ditemani dengan suara seluling-seluling rembulan Mengigatkan pelukan dalam cinta Yang selama kita wacanakan Kasih.. Suara indah kian lama terbungkam Dikarenakan masih banyak bintang-bintang menganggu keindah cahayamu. Kasih.. Ribuan bintan yang menyaksikan keindahan cahayamu Mampu membuat mengeluarkan suaramu. 23 Maret 2019

Bercinta Lewat Butiran Tasbih

Gambar
Bercinta Lewat Butiran Tasbih Oleh : Gus Ebes Wahai zat yg maha indah Syahadatku adalah bukti dari kecintaanku Amalku, dzikirku bukti dari kerinduanku Rahman dan rahimmu yang kiyan  lama  tak terputus putus engaku berikan padaku membuatku jatuh cinta padamu Kalam indah yang engkau berikan pada  kekasihmu mengajarkan arti sebuh pentingnya investasi akhiratmu ya.... Illahi, Sembahku kepadamu bukan karena mengharap surgamu Melainkan mengharapkan ridhomu 13 Juni 2019

Keramat

Gambar
KERAMAT Penulis: Eka Wanora Afiza Awan kelam hitam sudah mulai menyelimuti sang buana Warna jingga yang merona kian hilang warna, diiringi dengan tenggelamnya senja Seiring berputarnya jarum jam yang tak pernah henti Iya! Semenit saja ku mohon kau kembali untuk mengetuk pintu hati Ku buat album bertemakan ‘sejuta harap bersamamu’, lalu ku simpan dalam genggaman Kulihat kerumanan bintang menari-nari mengelilingi bulan Hatiku kian berdegup kencang, sejuta salam rindu kutitipkan Teruntuk kamu yang telah lama namamu ku simpan, Kini ku menyimpan permintaan serta harapan Kau tahu Dewa Malam? Ia selalu menemani setiap langkah cahaya-cahaya itu terbang menerangi gelapnya malam Namun mengapa? Kau menciptakan rindu yang begitu mendalam? Kemudian aku terlempar ke sanubarimu yang terdalam, dan aku hanya bisa merindukanmu dalam diam Pada akhirnya engkau lebih mau bersanding dengannya Yang katanya selalu ada, Bukan aku yang hanya bermodal setia Bayangan-bayanganmu memenuhi

You Are The one

Gambar
You Are The One By: Eka Wanora Afiza Relung jiwa mengatakan kau adalah kehangatan Memberiku kelembutan Walau kadang aku menyolot dengan rasa kesal Namun ku tahu itu akan menumbuhkan sesal Ayah.. Kau tidak pernah payah Dalam segala hal yang kau telusuri Kau tetap bergerak melakukannya sendiri Kadangkala masalah mencekam rumah tangga Kau tertunduk berfikir lalu menyelesaikannya dengan lapang dada Selalu menemani dalam sendu Dengan cekrama yang tak pernah menumpahkan pilu Hadir mempersatukan diksi seindah sukma Menebarkan tawa Memberi kenikmatan nirwana Walaupun kita tahu bahwa dunia ini fana Tatapanmu begitu lembab Di dunia yang penuh gemerlap Kau lelaki terhebat Menghilangkan kesunyian yang begitu berat Walau reruntuhan tanah menghujam Engaku tidak pernah tenggelam Meninggalkanku yang penuh tanda usang Memeluk erat dengan penuh kasih sayang Wahai lelaki hebat Tetaplah kuat, ku tak ingin kau berkarat Mampu menyembunyikan kelemahan dihadapanku

Selalu Ada

Gambar
Selalu Ada By: Eka Wanora Afiza Menyiasati kelabu dalam dunia malam Selalu menemani walau teggelam Tiada lagi kisah yang remuk Bahkan galeri yang kian terpuruk Menumpahkan segala kepercayaan Harmonisnya muncul secara bersamaan Tiada lagi kata ‘sakit’ Yang dulu pernah terjungkit Menumbuhkan candala dalam segnggam tawa Bersua menebarkan rasa Tiada lagi noda Yang dulu menjerit hati yang sedang terbuka Bersandar di bahu Kutemukan kamulah hidupku Yang tak pernah membuatku pilu Juga tidak pernah membuatku sakit akan rindu Lepak Timur, 20 Juni 2019

Sayonara

Gambar
Sayonara By: Eka Wanora Afiza Tiada lagi komunikasi Penaku ku istirahatkan sampai disini Tintaku tak mau lagi berhambur kisah Diksiku sudah terpisah Baitku tak lagi ada Sampai disini akhir aksara Ku tertunduk seolah tak sengaja Karna tanganku tak sanggup menekan pena Hanya ingin istirahat sebentar Karna mataku melihat samar Mencoba hilang dari jurnalis Karna tiada mampu ku tulis Tiada lagi yang ingin dikatakan Kali ini tidak bisa menangkap moment kehidupan Hanya sebentar Agar aku kembali segar Tenang saja, akan ada yang aku ceritakan Bahwa kata ‘bangkit’ akan kulakukan Akan segera ku tumpahkan tinta yang ada Membanjiri seisi kertas yang terbuka Melumtkan rangkaian-rangkaian aksara Menuliskan kisah untuk siapa saja Berimajinasi kapan saja Dengan berfikir santai dan tidak tergesa-gesa Sajakku sendu mulai mengalun merdu Meramu harap kembali dalam bait puisiku Lepak Timur, 20 Juni 2019

Wherever You Are, Don’t Back

Gambar
Wherever You Are, Don’t Back By: Eka Wanora Afiza Tatapannya sulit tereja Apakah aku yang buta? Atau hanya sekedar bercanda? Iyaa! Membuat terbuai aku terlena Harapan ditindih bangunan berkaca Keinginan hanya sebatas kenyataan belaka Menyayat relung jiwa Wahai tuan perkasa Jangan memberi duka maupun derita Padamkan nyala api itu segera Sebelum melumat habis rasa didada Karna kenangan masih ingin bercekrama Menghapuskan noda menumbuhkan rasa cinta Ahh yakin dengan rasa yang kembali menerka? Siapa tahu itu hanya pesona belaka Jangan terlebih dahulu memberi makna Pahamilah ketika ia menatap binar mata Yang omongannya setia Namun membuatku bermandikan darah dan air mata Andai aliran cahaya ku pegang Menyinari diri dari kata usang, aku tak ingin kau dendang Dengan sejuta omong kosong yang malang Lepak Timur, 19 Juni 2019

Kenapa Harus Terjadi?

Gambar
Kenapa Harus Terjadi? Oleh: Eka Wanora Afiza Situasinya kenapa begini? Semakin hari semakin sunyi Berlayar ke tengah lautan yang hening Hanya karna menghilangkan rasa pusing Ada apa? Kelihatannya begitu hampa, hanya merasa sudah tak perjaka Terbuai setan belaka Apakah itu dosa? Karna kala itu mengenal dia Bercumbu buta dengannya sekali saja Pergi mengasingkan diri, mencari untuk menghalalkan kekasih hati Mencoba menenangkan diri Agar torehan-torehan hati bisa diperbaiki Antara langit dan bumi Ternyata ia memilih keduanya menjadi saksi Dalam lembah yang begitu hijau Ternobatkan pesona agar engkau tetap terpukau Dari kejauhan ia menatap wajahmu Ia tersenyum tersipu malu, ternyata itu tandanya masih semu Lereng gunung tidak bisa ditelusuri lagi, kenapa ia menciptakan perpisahan? Adakah solusi? Dan ternyata laut bisa mempertemukan Wahai sang dewi, jangan berlari Ingatlah, engkau tidak akan ku biarkan disana sendiri Pada suatu ketika kugemetar.. Di sepanja

Dengarkan Saja

Gambar
Dengarkan Saja Oleh: Eka Wanora Afiza Lihatlah kibaran dedaunan terhembus angin Yaa.. karna aku memang tidak ingin Seperti angin yang kelayapan  Kemanapun ia mau dan membuat semua orang takluk akan kenyamanan yang diberikan Ketika dalam perjalanan Ku temukan sebuah ikatan Berbalik arah, ternyata jalan pulangku sudah retak Padahal asap penanya sudah nampak,  Aku ingin menulis, namun apalah daya tanganku sudah tak bisa merangkak Tetap ku telusuri jalan yang ku tempuh Walaupun dibelakangku sudah runtuh Tidak mengerti apa maksud dariku? Begini, aku ingin kembali, tapi aku tidak bisa berpijak dijalan yang tidak lagi utuh Karna itu, aku memilih untuk tidak menyentuh Dari kejuahan, ia memperlihatkan gelombang senyumnya Yang kerap sekali membuatku terlena Namun, aku tahu itu hanyalah bayangannya yang tidak bisa ku baca Dan pada akhirnya ku mencari teduh untuk berlabuh Yang katanya tempat ternyaman untuk mengeluh Di persimpangan jalan

Jeritan Keringat Buruh

Gambar
Jeritan Keringat Buruh Penulis: Eka Wanora Afiza Pagi sudah mulai memberontak Para buruh terbangun kurus seperti tengkorak Yang pergi mencari rupiah untuk melanjutkan hidup agar bisa didongkrak Panas terik matahari mengupas kulit yang sudah berkerut Mencari wadah untuk bergelut Keringatnya membasahi badan yang sudah keriput Merekapun ikhlas walau badai awan panas menghampiri otak putih rambut Wahai bapak ibu buruh Tidak ingin melihat tulang belulangmu runtuh Namun karna anak-anakmu yang banyak terenyuh Sehingga engkau pergi ke tempat semak belukar yang tumbuh  Di perkotaan sana, para pejabat kaya tertawa liar Menganggap diri  sudah mampu mencapai dan menumpuk gelar Dibawah teduhan-teduhan yang megah menggelengar Hanya duduk memutar kursi mewah, menunggu makanan ketika lapar Namun, mereka tak pernah berandai Hidup dibawah teduhan terik panas  demi sesuap nasi Yang kadangkala persinggahannya tak sampai Mereka para pejabat hanya

Keluh Pemabuk

Gambar
Keluh Pemabuk Penulis: Eka Wanora Afiza Wahai cahaya penakluh hati! Terangilah badan yang penuh balutan lumpur ini Dengan sepercik cahaya, walaupun tidak semua terkena Agar terbentuk buihan hati  yang masih terkutuk Jalanku sudah rusuh Dibawa arus-arus deras berdesuh Bayangan-bayangan buyar bahkan berputar-putar hingga mengeluh Karena tegukan minumam busuk nan memabukkan jiwa yang dulu pernah luluh Tak sadar ku terbuai Ragaku terbawa badai Melayang lenyap tidak lagi seperti teratai Remukan relung jiwaku sudah terbantai Dusunku, 11 Juni 2019

GADIS DESA

Gambar
GADIS DESA Penulis: Eka Wanora Afiza Terlihat sudah wahai gadis desa Sungguh memikat dan mempesona Di taburi  dengan syahdu yang berirama Lontaran rayuannya menggetarkan jiwa Mentari pagi gemilang terangnya Mengobarkan hati dan menghangatkan bara asmara Hai gadis desa Maukah kau ku bawa ke dalam kehidupanku yang nyata? Kau hadir membawaku ke lara aksramu Secercah harapanku ingin bersamamu Menyusuri jauh relung jantungmu Hingga ku temukan hati yang indah seperti diksi sukma ku Embun pagi menyapa kalbuku Ku tetap berjalan jauh meski terabu-abu Aku hanya ingin berjalan ke arahmu Dan hingga ku temukan titik temu Hai gadis desa ku Bolehkan aku memulai menghiasi warnamu? Agar rinduku yang kini membeku Terobati dibawah pangkuanmu Sakra, 10 Juni 2019

S A J A K D I R I

Gambar
Sumber google SAJAK DIRI  Penulis: Eka Wanora Afiza Rupanya penolehannya membuat ku tertunduk Ku buyarkan segenap hayalan Tiada makna terungkap  Hingga pilu memutar bahkan menghanyutkan pikiran Berlari ke arah tepian pantai, pasirnya yang berdesir Terdengar gemuruh ombak menerpa batu karang Pohon kelapa melambaiku Bertanya untuk apa aku datang kemari? Wahai segenap udara sepoi ditepian Mengguyur-guyur lambaian pepohonan Ku bercerita, kini aku masih menanti  Seorang yang sudah terlanjur pergi Jujur ku mengadu Kenapa ia masih menjadi candu? Ingin ku tuntaskan, agar tidak menjadi pilu Hingga terbunuh sekat-sekat rindu Hai aku? Ada yang lebih nampak mengharapkanmu Terlihat setia dalam menunggumu Hingga ingin sekali memilikimu Jangan biarkan waktu terhenti seketika Mengharapkan insan yang tak kunjung ada Hadirlah pada hati seorang yang tersedia Agar pikiranmu tidak kosong begitu saja Nampaknya senja tidak sendiri

Seorang Perawat Tega Membunuh Ayah Kandungnya Sendiri

Gambar
Berita Tragis MATARAM- Seorang Perawat tega membunuh ayah kandungnya lantaran dibangunkan sholat Ashar. Ceritanya pelaku yang juga perawat di Rumah Sakit Kota Mataram masih tertidur. Gara-gara dibangunin untuk shalat Ashar, Hilda Nurafriani (30) warga Karang Baru, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, tega menikam ayah kandungnya H. Muh Nurahmad (64). Ia menikam tepat di bagian dada, mata dan pinggang korban. Kabid Humas Polda NTB, Ajun Komisaris Besar Polisi Purnama, mengatakan perawat perempuan bernama Hilda Nurafriani membunuh ayahnya Muh Nurahmad pukul 16.00 Wita. Sabtu, 01 Juni 2019. Akibat luka parah yang dialaminya, korban meninggal dunia. Sementara, pelaku sudah diamankan di Polres Mataram. Entah apa alasannya, pelaku keberatan dan tidak terima dibangunin. Pelaku mengambil pisau di dapur dan menusuk korban di bagian dada, mata dan pinggang yang saat itu sedang duduk di teras rumahnya. Korban H. Muh Nurahmad saat dibawa ke RSAD Mataram. Korban terluka parah d