Keramat



KERAMAT
Penulis: Eka Wanora Afiza

Awan kelam hitam sudah mulai menyelimuti sang buana
Warna jingga yang merona kian hilang warna, diiringi dengan tenggelamnya senja
Seiring berputarnya jarum jam yang tak pernah henti
Iya! Semenit saja ku mohon kau kembali untuk mengetuk pintu hati

Ku buat album bertemakan ‘sejuta harap bersamamu’, lalu ku simpan dalam genggaman
Kulihat kerumanan bintang menari-nari mengelilingi bulan
Hatiku kian berdegup kencang, sejuta salam rindu kutitipkan
Teruntuk kamu yang telah lama namamu ku simpan,
Kini ku menyimpan permintaan serta harapan

Kau tahu Dewa Malam?
Ia selalu menemani setiap langkah cahaya-cahaya itu terbang menerangi gelapnya malam
Namun mengapa? Kau menciptakan rindu yang begitu mendalam?
Kemudian aku terlempar ke sanubarimu yang terdalam, dan aku hanya bisa merindukanmu dalam diam

Pada akhirnya engkau lebih mau bersanding dengannya
Yang katanya selalu ada,
Bukan aku yang hanya bermodal setia

Bayangan-bayanganmu memenuhi memori bara asmaraku
Iyaa! Aku hanya bisa diam menanti kabarmu
Rinduku pun kian menua dan menjadi semu, dan aku pun memilih mengubur memori itu sebagai saksi bisu
Agar engkau tahu bahwa rinduku selalu untukmu

Apakah harapan ini akan tetap menjadi harap? Atau akan terungkap?
Gertakan-gertakan manja yang selalu terbayang
Semakin kuingat semakin kusayang
Membuatku rindu melayang-layang

Ku termakan waktu hanya karna sosok sepertimu,
Titik sirnaku hanya mampu terseret ke arahmu
Yang kadangkala kamu tidak pernah merindukanku
Membuat relung jiwaku semakin pilu

Hujan kala itu mengantarkanku ke titik dimana kita bertemu
Senyum manis bibirmu menyapa kata sayang kepadaku
Genggaman tanganmu dihadapanku, dan kau memeluk erat tubuhku
Pada akhirnya kau menghilang meninggalkan sajak rindu, sehingga sampai detik inipun aku masih bisa menulis tentangmu


Lepak Timur, 17 Juni 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

O P I N I | Learn, Try & Do

Awas, Indonesia di Bawah Bayang-bayang Resesi Ekonomi