Usang Menggebu Rindu
Usang Menggebu Rindu
Oleh: Eka Wanora Afiza
Namanya gengsi; lidah meramu teramat semu
Gelak tawa menyentuh putri malu;
Ranahnya bukan disana
Bukan lagi sesak; rona wajahnya memancarkan senyum
Dari sudut lorong; tepat arahnya dibawah pohon rindang
Gugur daun berserakan menari indah; tepat melumat lototan bola mata
Di wajah secarik puisi merambat lahirkan rindu
Getar getir dada menggelegar; obrak abrik menggepar
Pada kedipannya yang manja; membuat ranah semakin terbawa suasana
Di penghujung malam;
Masih saja rasanya terhujam
Rasa sesak dada; tak sampai katanya pada kata
Kata itu adalah rindu--rinduku padamu
Bukan lagi hal yang semu; akankah rasanya mau kepastian?
Lihat saja akan kubuktikan!
Rasanya batu tetaplah batu
Air tetaplah air, jika keruh?
Sesak menyimpan; asap biadap menerka rongga hati
Basah pipi mengalir; karna rindu
Betapa menghayat pedih
Sudahlah; hentikan segala rintih
Meski hawa malam gepar menari-nari
Malam; meja mendekap dengan secangkir kopi
Kumenunggu ternyata tak kunjung terhenti; dengan sapa sebuah nontifikasi
Malam guyur hujan berderas; basah kuyup di teras
Tangisku bungkam; karna perbuatan
Bengis ulahnya; hilang sekejap karna rindu
Komentar
Posting Komentar